BAB 10
PRASANGKA, DISKRIMINASI, DAN ETNOSENTRISME
Ø Perbedaan kepentingan merupakan sifat naluriah disamping
adanya persamaan kepentingan. Bila perbedaan kepentingan itu terjadi pada
kelompok-kelompok tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok agama,
kelompok ideology tertentu termasuk antara mayoritas dan minoritas.
Ø Prasangka dan Diskriminasi
Ø Prasangka
atau prejudice berasal dari kata latian prejudicium, yang pengertiannya sekarang
mengalami perkembangan sebagai berikut :
o semula
diartikan sebagai suatu presenden, artinya keputusan diambil atas dasar pengalaman yang lalu
o dalam
bahas Inggris mengandung arti pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan
yagn cermat, tergesa-gesa atau tidak matang
o untuk
mengatakan prasangka dipersyaratkan pelibatan unsur-unsur emosilan (suka atau
tidak suka) dalam keputusan yang telah diambil tersebut
Ø Dalam
konteks rasial, prasangka diartikan:”suatu sikap terhadap anggota kelompok
etnis atau ras tertentu, yang terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi ”.
Dalam hal ini terkandung suatu ketidakadilan dalam arti sikap yang diambilkan
dari beberapa pengalaman dan yang didengarnya, kemudian disimpulkan sebagai
sifat dari anggota seluruh kelompok etnis.
Ø Prasangka
(prejudice) diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa
sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu. Baha arab menyebutnya
“sukhudzon”. Orang, secara serta merta tanpa timbang-timbang lagi bahwa sesuatu
itu buruk. Dan disisi lain bahasa arab “khusudzon” yaitu anggapan baik terhadap
sesuatu.
Ø Prasangka
menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan. Menurut
Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif
atau negarif terhadap orang, obyek atau situasi. Sikap seseorang baru diketahui
setelah ia bertindak atau beringkah laku. Oleh karena itu bisa saja bahwa sikap
bertentangan dengan tingkah laku atau tindakan. Jadi prasangka merupakan
kecenderungan yang tidak nampak, dan sebagai tindak lanjutnya timbul tindakan,
aksi yang sifatnya realistis. Dengan demikian diskriminatif merupakan tindakan
yang relaistis, sedangkan prsangka tidak realistis dan hanya diketahui oleh
diri individu masing-masing.
Ø Prasangka
ini sebagian bear sifatnya apriori, mendahului pengalaman sendiri (tidak berdasarkan
pengalaman sendiri), karena merupakan hasil peniruan atau pengoperan langsung
pola orang lain. Prasangka bisa diartikan suatu sikap yang telampau
tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifat berat
sebelah, dan dibarengi proses simplifikasi (terlalu menyederhanakan) terhadap
sesuatu realita. Dalam kehidupan sehari-hari prasangka ini banyak dimuati
emosi-emosi atau unsure efektif yang kuat.
Ø Tidak
sedikit orang yang mudah berprasangka, namun banyak juga orang-orang yang lebih
sukar berprasangka. Mengapa terjadi perbedaan cukup menyolok ? tampaknya
kepribadian dan inteligensi, juga factor lingkungan cukup berkaitan engan
munculnya prasangka. Orang yang berinteligensi tinggi, lebih sukar
berprasangka, mengapa ? karena orang-orang macam ini berikap dan bersifat
kritis. Prasangka bersumber dari suatu sikap. Diskriminasi menunjukkan pada
suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari sikap prasangka dan diskriminasi
seolah-olah menyatu, tak dapat dipisahkan. Seseorang yagn mempunyai prasangka
rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya.
Walaupun begitu, biasa saja seseorang bertindak diskriminatof tanpa latar
belakang prasangka. Demikian jgua sebaliknya seseorang yang berprasangka dapat
saja bertindak tidak diskriminatif.
Ø
Sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi
:
1.Berlatar belakang sejarah
2. dilatar-belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional
3. bersumber dari factor kepribadian
4. berlatang belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama
2. dilatar-belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional
3. bersumber dari factor kepribadian
4. berlatang belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama
Ø
Usaha-usaha mengurangi/menghilangkan prasangka
dan diskriminai
1.Perbaikan kondisi sosial ekonomi
2. Perluasan kesempatan belajar
3. Sikap terbuka dan sikap lapang
2. Perluasan kesempatan belajar
3. Sikap terbuka dan sikap lapang
Ø
ETNOSENTRISME
Ø
Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang
menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagaai sesuatu
yang prima, terbaik, mutlak dan diepergunakan sebagai tolok ukur untuk menilai
dan membedakannya dengan kebudayaan lain. Etnosentrisme merupakan kecenderungan
tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolok
ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku
berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes.
SIKAP DAN PRASANGKA
Ø
Karena prasangka itu suatu sikap, yaitu sikap
sosial, maka terlebih dahulu sikap perlu dirumuskan. Sikap menurut morgan
(1966) adalah kecenderungan untuk berespon, baik secara positif maupun negatif,
terhadap orag, obyek, atau situasi. Tentu saja kecenderungan untuk berespon ini
meliputi perasaan atau pandangannya, yang tidak sama dengan tingkah laku. Sikap
seseorang baru diketahui bia ia sudah bertingkah laku. sikap merupakan salah
satu determinan dari tingkah laku, selain motivasi dan norma masyarakat.Oleh
karena itu kadang-kadang sikap bertentangan dengan tingkah laku.
Ø
Karena berbeda dengan pengetahuan (knowledge),
dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yangdapat berupa suka, tidak
suka, senang, sedih, cinta, benci, dan sebagainya. Karena dalam sikap ada
”suatu kecenderungan berespon”. maka seseroang mempunya isikap yang umumnya mengetahui
perilaku atau tindakan apa yang akan dilakukan bila bertemu dengan obyeknya.
Dari uraian tersebut dapatlah disimpulkan, bahwa sikap mempunyai
komponen-komponen, yaitu :
o
kognitif : artinya memiliki pengetahuan mengenai
objek sikapnya terlepas pengetahuan itu benar atau salah
o
Afektif: artinya dalam bersikap akan selalu
mempunyai evaluasi emosinal (setuju-tidak setuju) mengenai objeknya
o
Konatif: artinya kecenderungan bertingkah laku
bila bertemu dengan objek sikapnya, mulai dari bentuk yang positif (tindakan
sosialisasi) samapai pada yang aktif (tindakan menyerang)
Ø
Pertentangan-pertentangan sosial / ketegangan
dalam masyarakat
Ø
Konflik (pertentangan) mengandung suatu
pengertian tingkah laku yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang
dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dasar
konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar yang merupakan cirri-ciri dari
situasi konflik yaitu :
Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau bagian-bagian
yang terlibat di dalam konflik2.
1.
Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang
tajam dalam kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai,
sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan
2. Terdapatnya interaksi di antara
bagian-bagian yang mempunyai perbedaan- perbedaan tersebut.
Ø
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang
dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya,
misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi paa lingkungan yang
paling kecil yaitu individu, sampai kepaa lingkungan yang luas yaitu
masyarakat.
o
Pada taraf di dalam diri seseorang, konflik
menunjuk kepada adanya pertentangan,
ketidakpastian, atau emosi-emosi dan
dorongan yang antagonistic didalam diri seseorang
o
Pada taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari
konflik yang terjadi dalam diri individu, dari
perbedaan-perbedaan pada para
anggota kelompok dalam tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan
norma,
motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota kelompok, serta minat mereka.
o
para taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada
perbedaan di antara nilai-nilai dan
norma-norma kelompok dengan nilai-nilai an
norma-norma kelompok yang bersangkutan
berbeda.Perbedan-perbedaan dalam nilai,
tujuan dan norma serta minat, disebabkan oleh
perbedaan pengalaman hidup
dan sumber-sumber sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan
tertentu dengan yang
ada dalam kebudayaan-kebudayaan lain.
Ø
Adapun cara-cara pemecahan konflik tersebut
adalah :
Ø
elimination; yaitu pengunduran diri salah satu
pihak yang telibat dalam konflik yagn diungkapkan dengan :
1.
kami mengalah,
kami mendongkol, kami keluar, kami membentuk kelompok kami sendiri
2.
Subjugation atau domination, artinya orang atau pihak
yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk
mentaatinya
3.
Majority Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan
dengan voting akan menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4.
Minority
Consent; artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas
tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakatan untuk melakukan
kegiatan bersama
5.
Compromise;
artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha mencari
dan mendapatkan jalan tengah
6.
Integration;
artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan
ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi
semua pihak
Ø
OPINIKOE… tentang entrosentrisme
Untuk dapat melihat dunia, dan mencari
ilmu yang sesunggguhnya. ada baiknya kita hindari melihat segala hal tersebut
secara netral dan saksama. karena, dengan kita selalu melihat segala sesuatu
(terutama ilmu pengetahuan dan dunia) dari segi budaya yang kita miliki, maka
kita tidak akan mendapatkan esensi hal-hal tersebut secara utuh dan menyeluruh.
Sumber:
http://www.google.co.id/
http://webpub.allegheny.edu/employee/s/swesoky/Iraq2.gif
http://trendsupdates.com/wp-content/uploads/2009/03/workplace-discrimination.jpg
terimakasih, mohon kritikan dan sarannya.